Ayoo...berwisata ke Pakpak Bharat..., Negeri seribu Air Terjun di Atas Awan

Thursday 30 April 2015

Tatak Tintoa Serser


Tatak Menabi Page


GERGA PERKAIS MANUK MARAK

Hiasan ini melambangkan bahwa penghuni rumah mengetahui segala masalah yang berhubungan dengan adat. Gerga ini biasa diletakkan pada bagian depan rumah bagian atas yang berbentuk segitiga yang menghubungkan bidang Bengbenghari. Bidang segitiga ini melambangkan tiga unsur yaitu : 
1. Kula-kula (keluarga Pihak Istri)
2. Dengan Sibeltek (Keluarga seketurunan/Saudara)
3. Berru (Keluarga suami anak perempuan)

GERGA PERHEMBUN KUMEKE

Gerga ini biasa diletakkan di bawah Gerga Perbunga Koning, dan Gerga ini melambangkan cita-cita agar pemilik rumah mendapat banyak keturunan dan banyak harta. Jika Gerga ini diletakkan di lesplang maka berfungsi sebagai penangkal dari segala hal yang buruk.

GERGA PEROTOR KERRA

Hiasan ini menggambarkan kerra yang berbaris berombongan melambangkan agar manusia bersekutu mencari penghidupannya untuk mendapat rejeki yang tiada hentinya. Kerra terdepan adalah pemimpinnya yang diikuti oleh anggotanya menggambarkan mereka tunduk dan setia pada pemimpinnya. Gerga ini biasa dietakkan di sebelah kiri dan kanan ujung bawah nengger melintang dari ujung lespank bagian dalam.

Wednesday 29 April 2015

GERGA PERBUNGA KONING

Hiasan ini melambangkan puncak keindahan bagi kaum wanita, gerga ini juga melambangkan keindahan agar penghuninya disukai orang lain seperti bunga kunyit yang harum semerbak. Gerga ini biasa diletakkan tengah segitiga atap yang membujur memotong ujung dari pada nengger sebagai bidang yang menghubungkan kedua sisi atap.

JENIS TARI “TATAK” TRADISIONAL PAKPAK DAN MAKNANYA




Suku Pakpak memiliki berbagai jenis kesenian dan kerajian yang sudah ada sejak dahulu, namun saat ini kecintaan terhadap kesenian dan kerajinan tradisional tersebut sudah mulai pudar dan kalah oleh kesenian dan kerajinan modern. Jenis – Jenis Kerajinan tersebut antara lain :
1.       Seni Musik (Genderang, Kalondang, Kecapi, Lobat, Sordam, Suling, Genggong, Kettuk, Taratoa, Gerantung, Gung, Saga-saga, dll.)
2.       Seni Tari (Terdiri dari tari-tarian tradisional dan kreasi baru)
3.       Seni tarik Suara/Olah Vokal (Odong-odong, Nangen,Ende-ende)
4.       Seni Bela diri (Moccak, Dabbus, Dampeng)
5.       Seni Ukir dan pahat (menggorga, Patung Mejan, Pengulu Balang)
6.       Seni Kerajinan (membayu, membuat keranjang, bubu, curu-curu, kirang, tampi/nderu, dll)
7.       Seni Sastra
8.       Dll,
Kesenian dan kerajinan tersebut akan menjadi salah satu daya tarik  di bidang wisata apabila di kelola dan dikembangkan dengan baik.  Semua bidang seni tersebut memiliki makna dan arti yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat Pakpak sehari-hari.
Namun kali ini kita akan mengulas tentang Jenis Seni  tari “Tatak” Tradisional Pakpak dan Maknanya.
Jaman dahulu Tari “Tatak” Pakpak tersebut diciptakan dari berbagai  kegiatan masyarakat sehari-hari  seperti Tatak Muat page, Tatak Muat Kopi, dll. Seiring Perkembangan jaman  Tari “Tatak” Pakpak tersebut sudah ditampilkan sebagai hiburan pada acara-acara resmi atau pesta Keramaian. Adapun beberapa jenis  tari “Tatak” pakpak tersebut antara lain :
1.       Tatak Persembahan
Tari “Tatak”  ini biasa dibawakan pada pembukaan acara dan bertujuan untuk memberikan sambutan dan selamat datang kepada para tamu dan undangan dalam suatu kegiatan. Tari ini biasa diiringi dengan lagu.  
2.       Tatak Tintoa Serser (Menerser page)
Tatak ini diciptakan dari kegiatan masyarakat saat panen Pani. Tatak ini menggambarkan bagaimana Proses mulai dari Memanen padi  “menabi”, Mengerrik, Membersihkan dan membawa pulang hasil Panen padi tersebut.
3.       Tatak Garo-garo
Garo-garo merupakan salah satu jenis burung yang biasa terbang sendiri. Tatak Garo-garo merupakan tatak yang menceritakan tentang  seorang perempuan yang sedang  mencari pasangan di kampungnya namun tidak juga menemukannya karena Pemuda yang dicari sedang pergi merantau ke kampung seberang. Suatu ketika mereka bertemu dan akhirnya pemuda tersebut membawa pulang sang kekasih.Tatak ini biasa diiringi dengan lagu pertangis-tangis Menci.
4.       Tatak Muat Kopi
Kopi merupakan salah satu jenis hasil pertanian di Tanah Pakpak. Tatak Muat kopi ini menceritakan bagaimana proses mulai dari memanen kopi, menumbuk kopi dan menjemur kopi yang dilakukan oleh pemuda-pemudi di kampungnya saat datang musim panen
5.       Tatak Balang Cikua
Dalam kepercayaan suku pakpak Balang Cikua “Cangcorang” dapat memberikan informasi kepada kita dengan menggunakan kaki depannya  apabila kita bertanya kepadanya. Tatak Balang cikua ini menceritakan tentang sepasang muda-mudi yang tersesat di hutan dan tidak tau arah pulang, dan dari kepercayaan tersebut muda-mudi tersebut menangkap Balang cikua “Cangcorang” dan bertanya kemana arah untuk keluar dari hutan.
6.       Tatak Muat page
Tatak Muat page menceritakan bagaimana proses mulai dari memanen padi, mengerrik (memisahkan padi dari batangnya dengan menggunakan telapak kaki), membawa pulang kerumah yang dilakukan oleh pemuda-pemudi di kampungnya saat datang musim panen.
7.       Tatak Renggisa
Renggisa merupakan jenis burung yang selalu setia terbang bersama pasangannya . Tatak renggisa ini menceritakan tentang keserasian sepasang renggisa yang berwarna putih dengan renggisa yang berwarna hitam terbang melewati bukit-bukit sambil mengepakkan sayapnya secara bergantian sehingga menghasilkan suara yang enak didengar.  Cerita ini diibaratkan dengan sepasang remaja yang sedang jatuh cinta dan saling setia antara yang satu dengan yang lainnya.
8.       Tatak Memuro
Tatak memuro menceritakan tentang kegiatan menjaga tanaman padi di tengah sawah yang penuh dengan kesuyian dan berusaha untuk melindungi tanaman padi dari berbagai ancaman binatang perusak seperti burung, tikus dan hewan-hewan perusak lainnya.
9.       Dan lain-lain

Monday 27 April 2015

HALAL BIHALAL

Tradisi umat Islam Indonesia pasca – Idulfitri adalah mengadakan acara halal bihalal, momentum ini berlangsung di bulan Syawal, bahkan bisa lebih dari sebulan. Kegiatan ini biasa diadakan di perumahan, di kantor -  kantor, perhotelan atau lembaga – lembaga lainnya. Dalam pola hubungan dan pergaulan hidup antar insan, di sinilah menjadi kesempatan bagi sang bos, para staf dan para bawahan menyatu penuh rasa gembira dan bahagia antara satu dengan yang lainnya. Mengingat hal ini tak lepas dari rangkaian ibadah shaum dan bulan Ramadhan maka konteks halal bihalal lazim pula dipertautkan dalam rumusan sebagai bagian dari tuntutan orang yang membangun semangat taqwa.
I.               Ciri  Orang Taqwa.
Sebagaimana firman Allah SWT. dalam Al-Qur’an Surah Ali Imran (3:134 – 135):

(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.

Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.

Dijelaskan ciri-ciri orang bertaqwa adalah mereka yang suka : menafkahkan hartanya, menahan amarahnya, memaafkan orang lain, mencintai orang yang berbuat baik, dan senantiasa memohon ampun bila berbuat dosa/salah alias kekejian.
Dari motivasi kekaqwaan tersebut tergambar bahwa ajaran Islam menolak dendam dan dengki terhadap sesama. Landasan pergaulan umat lebih tegas pada pertahanan ikatan Silaturahim yang merupakan ajaran agama Islam. Dengan kaitan itu Nabi Muhammad SAW bersabda : “Dua orang muslim yang bertemu, lalu keduanya saling berjabat tangan, niscaya dosa keduanya diampuni oleh Allah SWT, sebelum mereka berpisah.” (HR. Abu Daud)
Wajar saja bila halal bihalal pada sisi lain mengacu pada pengokohan pilar silaturrahmi. Pilar itu pun sangat relevan dengan firman Allah SWT, dalam Al-Qur’an Surah Al-A’raaf(7 : 199)
“Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta berpalinglah daripada orang-orang yang bodoh.”
Misi pengokohan itu taklah cukup dengan saling berkunjung atau berkirim ucapan selamat Idulfitri, namun perlu juga kesempatan untuk berkumpul dan bertemu secara bersama – sama guna mengakrabkan hubungan persaudaraan dalam merekatkan ukhuah Islamiyah. Olah H.A. Fuad Said dalam bukunya “Hari besar Islam” menandaskan bahwa halal bihalal amat berguna dalam meningkatkan ukhuah dan silaturahim.
II.             Kemenangan, Ketentraman.
Islam adalah agama yang membawa ajaran yang membahagiakan manusia, agar tenang dan tentram  secara lahir dan batin dalam kehidupan baik didunia maupun di akhirat kelak. Ibadah puasa itu sendiri adalah juga menjadi medium untuk pelakunya melatih keseimbangan diri secara lahir dan bathin. Di hari kemenangan Idul Fitri yang kita jalani sekarang ini setelah berhasil menjalankan ibadah puasa selama sebulan penuh, berhasil menahan lapar dan haus, dan yang terpenting lagi, bahwa umat islam membuka maaf kepada siapa pun karena maaf sebahagian dari taqwa.
Dalam konteks kehidupan sesanak – sebangsa, bila menjadi cerminan hidup bangsa ini, tentu di antara kita tak akan mudah dikipasi, dikompori, diprovokasi oleh orang – orang yang tidak bertanggung jawab yang bertujuan jelas – jelas merusak hubungan dan memecah belah kesatuan dan persatuan bangsa ini. Di sisi lain, kelembutan dan kesabaran yang menyelimuti hati orang yang bertaqwa tentu akan membangkitkan semangat ringan tangan untuk menolong sesama, yang dilandasi kasih sayang, yang menganut pemahaman bahwa Islam adalah agama yang ramah, bukan pemarah.  Yang senantiasa harus dibangun dan dijaga adalah keramahan, dan bukan kemarahan.
Akan tetapi, jangan lalu kita lalai dan sibuk dalam tema halal bihalal sebagai sebuah pelaksanaan membangun momentum kebajikan di antara sesama manusia, karena hendaklah kita juga berupaya untuk membangun rasa yang berwawasan pengendalian diri dan bersabar tanpa melalaikan pendekatan diri kepada Allah SWT. Adalah sudah menjadi rumusan, bila tetap konsisten mengingat dan menjalin kedekatan dengan Allah maka pada saat bersamaan kita pun dituntut untuk menjadi insan yang pemaaf dan menjauhi sikap benci dan dengki. Dengan begitu kita akan berpotensi dan berpeluang menjadi orang yang senantiasa melakukan tekad perbaikan diri baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, dan bangsa.
III.           HARAPAN BERSAMA
Pasca halal bihalal  dan Idulfitri kita berharap :
1.              Setiap orang berupaya terus menerus untuk menjalin silaturahmi dan ukhuwah. “Barang siapa yang beriman kepada Allah, dan hari akhir maka hendaklah memelihara hubungan (Silaturahmi)” (Muttafaqun’alaih)
2.              Setiap orang muslim menjaga hak dan kewajiban  dengan sesamanya. Hak muslim dengan muslim lainnya ada lima, Yaitu :
-       Mengucapkan salam,
-       Menjenguk orang sakit,
-       Mengiringkan jenajah,
-       Menghadiri undangan, dan
-       Mendoa-kan orang bersin.(HR. Bukhari – Muslim)
3.              Jangan saling membelakangi
4.              Jangan saling membenci
5.              Jangan memutuskan hubungan silaturahim.
Bila semangan Ramadhan, Idulfitri dan halal bihalal terus berlanjut maka harapan yang hendak diraih adalah bahwa kita bermartabat. Sedangkan tujuan akhir yang sejatinya dicapai dari tema halal bihalal itu adalah : kita menjadi hamba Allah yang tetap utuh hidup bersaudara. Fattaqullaha mastatha’tum.

Tradisi itu baik
Satu lagi yang sempat “menghilang” yaitu event Halal bihalal yang juga sempat menjadi warna khas bagi masyarakat kita. Ini adalah merupakan tradisi yang tidak pernah disyari’atkan dalam islam. Akan tetapi, lantaran tema berhalal bihalal adalah menjadi kelaziman dan dipandang baik, tentu saja tradisi halal bihalal itu menjadi baik adanya.
Kalau kita mau jujur, dalam konteks sekarang halal bihalal itu agaknya malah menjadi perlu untuk dilakukan. Sebab, kondisi objektif yang tengah berkembang di masyarakat kita kadang terlahir sebuah suasana yang bernuansa “haram mengharamkan”. Bukankah saling salah-menyalahkan, tuding – menunding, tokoh – menokoh seakan menjadi “tradisi” yang amat memalukan untuk dilukiskan. Rasa kasih sayang yang bertemakan welas asih dan penuh kekariban seakan tersekat oleh perguliran zaman yang kerap memakan korban manusia akibat ketamakan.
Maka dengan hadirnya kita di bulan yang baik ini menjadi kesempatan terbaik untuk kita saling bertegur sapa, bertutur santun, dan kasih mengasihi dalam sebuah ikatan simpul yang penuh pengertian dan pemaafan : Silaturahmi. “dan permaafan kamu itu lebih dekat kepada taqwa. Dan janganlah kamu melupakan keutamaan di antara kamu….”(QS. 2:237).
Melalui istilah “halal dengan halal” itu tersimpan makna yang dalam untuk menjadi pesan agung kehidupan dari Abu Naum, “ Wahai anak manusia, sukalah kalian kepada hal-hal yang halal, bukan atau hindarilah tema-tema yang haram atau syubhat dengan sekuat daya mampumu”.
Kalimat halal bihalal, sadar atau tidak, adalah sebagai perwujudan sederhana dari pesan Al-Qur’an yang menjadi sandaran rumusan dakwah kita dalam frame : “amar ma’ruf nahi munkar yaitu suka mengerjakan yang ma’ruf (Baik,bijak) dan rela meninggalkan berbagai bentuk kemunkaran : sebagaimana misi islam yang menjadi rahmat bagi sekalian umat.

Nafsu Kembali Berkomplot
Bulan Syawal dimaknakan sebagai bulan peningkatan. Apa artinya? Jika dalam bulan Ramadhan mungkin mengatur dan mengendalikan diri dari kecenderungan hawa nafsu mungkin tak terlalu sedikit, lantaran memang terbangun suasananya, tetapi begitu selepas Ramadhan? Di sinilah letak perjuangannya : adakah kita mempu menjaga nilai – nilai yang terbangun selama bulan pelatihan (riyadhah) itu?
Lepas Ramadhan, nafsu-nafsu itu pun kembali “berkomplot” untuk menyerang, membujuk, dan mengajak kerjasama dengan kita, yang jika salah-salah kitapun akan tersesat menjadi hamba hawa nafsu. Tawaran nafsu memang senantiasa menakjubkan: win-win solution! Luar biasa dan menggiurkan. Nafsu itu, nafsu apa saja, dan salah satunya termasuk nafsu kekuasaan. Semarak adu pengaruh dalam tema-tema kekuasaan biasanya agak terhenti di saat Ramadhan – dengan dalih menghormati bulan suci – dan sesudah itu pertarungan rebut pengaruh kekuasaan bakal marak lagi. Untuk itu dibutuhkan stamina diri.
Jika kita menjalankan ibadah puasa berikut amalan pengiringnya dengan baik, benar, ikhlas dan sungguh-sungguh (iimanan wahtisaban) maka kita tak akan mudah tergoyahkan oleh tiupan angin yang menghempas.
Supaya nafsu yang berkomplot itu tak mendekat di diri ini, padahal kita baru saja merebut kemenangan di bulan Ramadhan, cobalah bangun kesadaran diri. Bahwa keberhasilan Ramadhan terhadap diri itu adalah :
1.         Menemukan hakikat diri,
2.         Tumbuhnya kekuatan bathin,
3.         Menemukan semerbak cinta,
4.         Kerinduan pada hal-hal yang mulia, dan
5.         Merasa lezatnya hidup dalam ibadat.
Inilah ukuran untuk teraihnya kemenangan itu. Dari pemilikan itu, kita pun akan selalu optimis dalam melanjutkan perjuangan hidup: melawan komplotan nafsu yang beragam rupa itu. Semoga kita termasuk orang – orang yang menang. 

Thursday 23 April 2015

INSTRUMEN MUSIK TRADISIONAL PAKPAK

Foto : Gung
1. GUNG SADA RABAAN
    Terdiri dari : CILAT-CILAT, PONG-PONG, POI, TAPULDEP, JUJUR PENGGORA
2.  GENDERRANG SADA RABBAN
    Alat Musik Pukul yang terdiri dari 9 (sembilan) buah dan terbuat dari bahan kayu dan kulit sapi
Foto : Genderang
Add caption
3. KALONDANG
    Alat Musik Pukul yang terdiri dari 9 (sembilan) buah bilah kayu
Foto : kalondang
4. KUCAPI
    Alat Musik Petik  terbuat dari bahan Kayu Geccih dan benang kerrih
Foto : Kucapi
5. GERANTUNG SADA RABAAN
    Terdiri dari 4(empat) Buah terbuat dari bahan Kuningan
6. GENDANG SIDUA-DUA.
    Alat Musik pukul terdiri dari dua buah dan terbuat dari bahan kayu dan kulit lembu/kambing
7. SORDAM
   Alat Musik Tiup terbuat dari bahan bambu dengan jumlah lobang sebanyak 4(empat) buah.
8. KETTUK
   Alat Musik pukul terbuat dari bahan bambu bulat berukuran besar.
9. GENGGONG.
    Alat musik tiup dari bahan besi seperti potongan katak dan cara penggunaanya dengan cara ditiup
10. SAGA-SAGA
    Terbuat dari Kulit Bambu/Pangguh Pola
11. SARUNE
    Alat Musik Tiup dan Sarune biasa dibuat dari bahan kayu.
12. LOBAT
   Alat musik Tiup terbuat dari bahan bambu kecil dengan jumlah lobang sebanyak lima buah dan bertutup kayu
13. SULING
     Alat musik tiup terbuat dari bahan bambu dengan jumlah lobang sebanyak 7(tujuh) buah.
14. TARATOA
     Alat Musik Tiup terbuat dari Bambu
15. CIPAKO

     Alat Musik Tiup terbuat dari Bambu


GAMBIR SALAH SATU PRODUK UNGGULAN DARI PAKPAK BHARAT

Gambir (Uncaria gambir) merupakan spesies tanaman berbunga genus Uncaria dalam family Rubianceae. Secara alami gambir tumbuh di kawasan hutan dengan ketinggian 200 – 800 meter dari permukaan laut yang memiliki curah hujan merata sepanjang tahun dan cukup cahaya matahari, dengan suhu berkisar antara 26 – 280C serta kelembapan mencapai 70-80%. Daerah di sekitar khatulistiwa dengan curah hujan 2500-3000 mm per tahun merupakan daerah yang sesuai dengan pertumbuhan gambir. Tanaman gambir juga dapat tumbuh pada hampir seluruh semua jenis tanah dengan Ph 4.8-5.5.
Berdasarkan kareteristik morfologinya, tanaman gambir termasuk tanaman perdu setengah merambat yang memiliki batang berkayu. Batang tampak tegak memiliki tipe percabangan simpoidal dan berwarna coklat pucat. Pada tanaman yang sudah tua, lingkar batang pohon dapat berukuran hingga 18 inci (36 cm).
Daun gambir tumbuh tunggal pada tangkai batang dan saling berhadapan, bewarna hijau dan memiliki panjang 8 – 13 cm dan lebar 4-7 cm. Bentuk daun oval, bagian ujung meruncing, bagian tepi bergerigi, dan permukaan tidak berbulu. Tanaman gambir memiliki bunga majemuk berbentuk lonceng dan berwarna merah muda atau hijau yang tumbuh diketiak daun. Bunga gambir memiliki panjang sekitar 5 cm dengan 5 helai mahkota bunga dan buah gambir berbetuk bulat telur, berwarna hitam memiliki panjang sekitar 1,5 cm dan dua ruang buah.
Pakpak Bharat merupakan salah satu daerah penghasil gambir di Indoensia. Terdapat empat variates tanaman gambir yaitu tanaman gambir tipe Lokal Pakpak Bharat, Udang, Cubadak, dan Riau. Perbedaan morfologi serta produktivitas ke empat tipe tanaman gambir tersebut dapat dilihat pada Tabel .

No
Variates
Ciri-ciri
1
Lokal Pakpak Bharat
Daun Hijau Muda, Jarak tempat duduk daun lebih rapat, daun lebih kecil, dan berbentuk oval, tangkai daun lebih rapuh, kandungan katecin 70-85 % dan perakarannya kuat.
2
Udang
Daun Coklat Muda
3
Cubadak
Daun Hijau Muda
4
Riau
Daun Hijau Muda

  
Budi Daya Tanaman Gambir
Budidaya gambir pada umunya dilakukan di daerah dataran rendah dengan ketinggian 0 – 2000 m di atas permukaan laut. Wlaupun demikian, tanaman gambir dapat dibudidayakan pada lahan dengan ketinggian 200 – 800 m di atas permukaan laut, mulai dari toporafi agak datar sampai lereng bukit (Wikipedia. 2007). Di daerah sentra  tanaman gambir, kebun – kebun gambir rakyat dapat ditemukan di daerah – daerah lereng perbukitan dengan kemiringan beragam, mulai dari kemiringan yang rendah hingga sangat curam.
Bididaya gambir masyarakat dilakukan secara sederhana atau semi intensif dengan beberapa focus kegiatan seperti dijelaskan di bawah ini :
1.    Pembibitan Gambir
Bibit tanaman gambir dapat diperoleh melalui pengembangbiakan secara vegetative atau generative.
a.  Pengembangbiakan secara vegetative
Pengembangbiakan secara vegetative terdiri dari dua metoda yaitu melalui stek dan penyambungan. Metode stek dilakukan dengan memotong dahan yang telah berukuran besar dan memiliki dua buah cabang atau lebih. Potongan dahan dengan panjang sekitar 50 cm kemudian lansung ditanam pada hari yang sama atau direndam dalam air sebelum ditanam pada hari berikutnya. Sebainya cara vegetative dilakukan pada musim hujan. Pada cara pengembangbiakan dengan cara penyambungan, dahan pohon dilengkungkan dan dimasukkan kedalam lubang ditanah dengan kedalaman 10 cm. Dahan yang telah berada didalam lubang kemudian ditimbun tanah. Setelah sekitar tiga bulan akar tanaman muncul pada dahan yang ditimbun. Dahan yang telah berakar tersebut kemudian dipisahkan dari tanaman induknya dan ditanam pada lubang penaman yang baru.
b.  Pengembangbiakan secara generative
Pengembangbiakan ini menggunakan biji gambir merupakan yang paling banyak dilakukan petani gambir. Biji gambir yang digunakan untuk pengembangbiakan diperoleh dari buah gambir yang sudah matang pada tanaman gambir di hutan atau pohon gambir budidaya yang belum pernah dipanen.
Cara menghasilkan bibit tanaman gambir dari biji buah gambir yang umum dilakukan oleh masyakarakat pembudidayaan gambir.
1)   Penyiapan lahan dan tanah untuk persemaian benih
Bisanya petani mengunakan lahan di tebing pematang sawah untuk persemaian benih. Pematang sawah dibersihkan dari rumput dan tumbuh-tumbuhan lainnya kemudian tanah dibasahi dengan air hingga menjadi liat dan licin atau menjadi bencah (lumpur) agar biji gambir dapat menempel. Kelembapan tanah dipertahankan, namun tidak sampai terendam air atau terkena lansung air hujan karena dapat menyebabkan bibit gambir tidak akan tumbuh.
2)     Penebaran benih
Biji gambir diperoleh dari buah gambir matang yang telah dikeringkan terlebih dahulu. Biji gambir berbentuk serbuk, sangat halus, dan memiliki bobot yang ringan. Biji gambir ditebarkan di lahan persemaian dengan meniupkan biji gambir ke tanah penyemaian.
3)   Pembuatan atap penaung
Atap penaung yang terbuat dari anyaman daun kelapa atau jerami digunakan untuk melindungi benih gambir dari panas terik mata hari, air hujan, dan gangguan lainnya.
4)   Pemindahan bibit siap panen
Tunas dari biji gambir mulai tumbuh pada usia dua sampai tiga minggu baru lansung ditaman di lahan kebuh atau dipindahkan ke dalam wadah polybag hingga berumur delapan bulan.
2.    Persiapan lahan
          Lahan untuk tanaman gambir memerlukan pengolahan tanah yang baik, diawali dengan pembabatan se-mak belukar dan gulma. Pembukaan areal pada hutan baru, perlu dilakukan penebangan pohon, kemudian tebangan ditumpuk agar dapat dilakukan pengajiran. Pada lahan miring perlu di-sengked menurut kontur dan lubang tanaman berbaris menurut kontur (dalam baris rapat antar baris jarang). Setelah dibersihkan dilakukan pengajiran dan pembuatan lubang ta-naman berukuran 40 x 40 x 40 cm atau minimal 30 x 30 x 30 cm dengan jarak yang ideal 2 x 2 m (2.500 tanaman/ha) yang memberikan produksi tertinggi. Menurut Yuhono (2004) bahwa lubang tanam berukuran 30 x 30 x 30 cm atau dibuat lubang tanam dengan cara di-tugal saja dengan jarak tanam ber-variasi antara 2 x 2 m, 2 x 3 m atau 2,5 x 2,5 m. Sewaktu penggalian lubang, tanah bagian atas yang masih mengandung humus dipisahkan dari bagian bawah setelah 15 hari lubang ditutup kembali dengan tanah bercampur pu-puk organik (kompos/pupuk kandang).
3.     Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman gambir meliputi : penyiangan naungan disaat baru tanam sampai dengan umur 1,5-2 tahun, kemudian pemupukan dan pe-ngendalian hama penyakit. Untuk menstabilkan produksi tanaman gambir per-lu dilakukan upaya pemupukan yang teratur.
  
Kandungan Kimia Gambir
Gambir menjadi bahan obat-obatan dan kosmetika karena memiliki komponen kimia  sebagai berikut :
a.   Catechin biasanya disebut juga dengan asam catechoat dengan rumus kimia C15H14O6, tidak berwarna, dan dalam keadaan murni sedikit tidak larut dalam air dingin tetapi sangat larut dalam air panas, larut dalam alkohol dan etil asetat, hampir tidak larut dalam koloroform, benzen dan eter.
b.   Asam Catechu Tannat merupakan anhidrat dari catechin, dengan rumus kimia C15H12O5. Apabila catechin dipanaskan pada temperatur 110oC atau dengan cara memanaskan pada larutan alkali karbonat, ia akan kehilangan satu molekul air dan berubah menjadi Asam Catechu Tannat yang berupa serbuk berwarna coklat kemerah-merahan, cepat larut dalam air dingin, alkohol, tidak berwarna dalam larutan timah hitam asetat.
c.    Pyrocatechol merupakan hasil penguraian dari zat lain seperti catechin dengan rumus molekul C6H6O2, bisa larut dalam air, alkohol, eter, benzen, dan kloroform. Jika dipanaskan akan membentuk catechol; membentuk warna hijau dengan FeCl3; membentuk endapan dengan Brom; larutannya dalam air cepat berwarna coklat; dapat mereduksi perak amoniakal dan Fehling.
d.    Gambir Flouresensi merupakan bagian kecil dari gambir dan memberikan flouresensi yang berwarna hijau, dapat dilihat apabila larutan gambir dalam alkohol dikocok dengan petrolium eter dalam suasana sedikit basa.
e.  Catechu Merah yaitu gambir yang memberikan warna merah.
f.   Quersetin adalah suatu zat yang berwarna kuning yang terdapat dalam tumbuh-tumbuhan dan berupa turunan flavonol dengan rumus molekul C15H10O7, disebut huga dengan melatin atau supheretin dan larut dalam asam asetat glasial yang memberikan warna kuning, serta larut dalam air dan alkohol, memberikan warna hijau dengan Fe3+ dan akan berubah menjadi warna gelap dengan pemanasan.
g.   Fixed Oil merupakan minyak yang sukar menguap.
h.   Lilin (malam) terletak pada lapisan permukaan daun gambir. Merupakan monoester dari suatu asam lemak dan alkohol.
i.    Alkaloid pada gambir terdapat 7 macam, yaitu dihidro gambirtaninna, gambirdina, gambirtanina, gambirina, isogambirina, auroparina, oksogambirtanin.

 Manfaat dan Kegunaan Gambir
Kegunaan gambir pada umunya yaitu untuk obat-obatan seperti mengobati mencret (daunnya), perut mulas, eksema, disentri, radang gusi (getahnya), radang tenggorokan, demam-kuning, batuk, haid banyak dan berdarah. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, gambir mempunyai efek sebagai antioksida. Efek antioksidan tersebut dihubungkan dengan manfaat bagi kesehatan manusia dalam mencegah resiko penyakit degeneratif seperti kanker, jantung, diabetes, dan menghambat efek penuaan dini. Antioksidan juga diaplikasikan untuk memperpanjang masa simpan bahan pangan yang secara alami atau sengaja ditambahkan dalam produk pangan yang rentan terhadap oksidasi.
Gambir merupakan salah satu bahan alami yang menjadi sumber antioksidan alami. Senyawa antioksidan alami gambir adalah senyawa fenolik yang merupakan golongan flavonoid yang memiliki aktivitas antioksidan berupa katekin.                 Pemanfaatan gambir pada produk pangan selama ini masih terbatas sehingga menyebabkan gambir belum dimanfaatkan secara optimal serta kurangnya pengetahuan masyarakat dalam metode mengekstraksi gambir.

Pengetahuan masyarakat tentang gambir masih terbatas berupa produk gambir komersil yang merupakan hasil ekstraksi daun tanaman gambir (Uncaria gambir Roxb) yang dikeringkan, diolah secara tradisional, diekstrak dengan metode basah menggunakan air sehingga gambir yang ada dipasaran masih dalam bentuk bongkahan serta merupakan ekstrak kasar. Ekstrak kasar tersebut, masih banyak terdapat komponen non fenolik sebagai impurities yang keberadaanya tidak dikehendaki seperti klorofil dan sellulosa. Komponen non fenolik tersebut akan mengganggu pengaplikasian dalam produk pangan sehingga perlu diekstraksi lagi untuk mendapatkan ekstrak gambir yang mengandung komponen fenolik bebas impurities serta memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi .